By: Dr.
Marsigit, M.A.
Reviewed
by: Dyah Sartika Putri
Program monitoring telah ditetapkan
menyebar ke beberapa wilayah yang berbeda dari Provinsi yang berbeda, untuk
menyelidiki dan mengidentifikasi sejauh mana kekuatan, kelemahan, dan kendala
pelaksanaan kurikulum baru. Ada ditemukan bahwa: (a) banyak guru yang masih
memiliki masalah dalam melakukan Standar Kompetensi Nasional dan Kompetensi
Dasar ke dalam proses belajar mengajar matematika, (b) banyak guru masih
mengalami kesulitan dalam mengembangkan berbagai jenis Lembar Kerja siswa, (c) guru
masih memiliki kesulitan dalam mengembangkan masalah kontekstual matematika,
(d) banyak guru masih mengalami kesulitan dalam mengembangkan berbagai jenis
alat-alat peraga, (e) siswa lebih senang belajar matematika, khususnya dalam
diskusi kelompok, (f) beberapa guru merasa bahwa diskusi, Praktis kerja, dan
Pekerjaan Investigational metode penting pengajaran matematika yang dapat mendukung sekolah berbasis kurikulum untuk
matematika di SMP.
Hasil dari program pemantauan menunjukkan bahwa: (1)
sosialisasi kurikulum baru perlu ditingkatkan, (2) partisipasi guru, guru
kepala dan pengawas perlu ditingkatkan, (3) sumber daya pendukung untuk
kurikulum baru perlu dikembangkan secara ekstensif, (4) perlu mempromosikan
penelitian berbasis kelas bagi guru sebagai bagian dari kegiatan pengajaran
mereka, (5) perlu menyebarluaskan konsep dan teori serta saat ini paradigma belajar
mengajar matematika, (6) kendala pelaksanaan kurikulum baru yang meliputi
keterbatasan fasilitas pendidikan dan media serta keterbatasan anggaran.
Saat
ini gambaran masyarakat Indonesia secara dinamis perubahan yang sangat cepat
dari semua aspek kehidupan, ia menawarkan harapan dan tantangan. Sekolah
berbasis kurikulum dapat menjadi titik awal untuk matematika guru di Indonesia
untuk mencerminkan dan memindahkan paradigma lama mereka mengajar. Ini
mendorong para guru untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan dari pendekatan
yang berbeda dalam rangka untuk membuat pilihan informasi dan, bila perlu,
harus siap untuk belajar keterampilan baru dalam pembelajaran matematika untuk
kepentingan
pengajaran yang efektif. Melalui kurikulum baru, guru harus mampu untuk
menanggapi masing-masing kebutuhan
anak
sebagai kebutuhan yang diidentifikasi karena pengalaman kurikuler yang relevan
dan keterampilan anak-anak sangat bervariasi dan yang
mereka
butuhkan kemudian di posisi yang lebih baik untuk memanfaatkan layanan dukungan
untuk meningkatkan praktik kelas mereka; yang pengelolaan berbagai layanan
dukungan harus tersedia untuk memaksimalkan efeknya dalam membantu guru untuk
bekerja menuju praktek yang baik dan untuk menerapkan kurikulum yang baru. Hal
ini juga memberikan kesempatan kepada pejabat pemerintah pendidikan di
Indonesia untuk melihat secara mendalam pelaksanaan kurikulum di tingkat kelas
sekolah.
Pemantauan
pelaksanaan kurikulum berbasis sekolah menunjukkan bahwa ada faktor-faktor dari
siswa, guru dan masyarakat yang belum optimal didukung kurikulum baru. Hasil
evaluasi pelaksanaan kurikulum baru ini mengajarkan kepada kita bahwa ketika
kita mengoperasikan kurikulum-akan kita selalu butuh untuk memperbaikinya. Hal
ini juga menyarankan bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan matematika,
pemerintah pusat perlu: (1) mendefinisikan peran guru yaitu mereka harus
memfasilitasi siswa yang perlu belajar, (2)
mendefinisikan peran kepala sekolah yaitu mereka harus mendukung pengembangan
profesional guru dengan memungkinkan mereka untuk menghadiri dan berpartisipasi
dalam ilmiah, pertemuan-pertemuan dan pelatihan, (3) mendefinisikan kembali
peran sekolah yaitu mereka harus mempromosikan manajemen berbasis sekolah, (4)
mendefinisikan peran pengawas yaitu mereka perlu memiliki latar belakang yang
sama dengan para guru yang
mereka
awasi agar mampu melakukan supervisi akademik, (5) mempromosikan kolaborasi
yang lebih baik antara sekolah dan universitas (7) mendefinisikan sistem
evaluasi nasional.
