Minggu, 25 September 2011

Pembelajaran Matematika Berbantuan Kalkulator: Studi Kasus Penggunaan Kalkulator Texas Instrument TI 89 pada PBM Matematika di SMK MUHAMMADIYAH IV YOGYAKARTA


By: Dr. Marsigit, M.A.
Reviewed by: Dyah Sartika Putri
In developed countries calculator get an important role in the process of learning mathematics. This is indicated by the use of calculators in mathematics learning ranging from primary education to higher education. Not only limited to that, research on the graphing calculator is indicated by the number of journals, books, conference reports and dissertations that discuss the graphing calculator. The importance of a calculator is to bridge the arithmetic and algebra (Tenoch E. Cedillo; 2002:1).

In understanding the relationship between arithmetic and algebra, students are experiencing problems. According to Lee and Wheeler (1989: 41-54) the problem was found on the readiness of students in using algebra to solve algebra problems. In the process of learning mathematics teachers need the ability to have a learning scheme. With the scheme, they expected to have a systematic teacher in the learning of mathematics. So that mathematical learning will be systematic and structured. Types of calculators had great development. Judging from their use calculator consists of two types. This type consists of two kinds, namely ordinary calculators and scientific calculators (scientific calculator). Regular calculator is widely used in everyday life. According to this calculator, which pressed more first sign that more is done. For example in the calculation of 2 + 4 x 8, according to the ordinary calculator 6 x 8 = 48. Yet according to the rules of mathematics, multiplication is completed first, so it should be 2 + (4 x 8) = 2 + 32 = 34. Meanwhile, scientific calculators are widely used by high school students, teachers, or students to assist counting function. Scientific calculator has a way of working that follow the rules work in mathematics. For example in the calculation of 2 + 4 x 8, according to a scientific calculator, multiplication is done first, so 2 + 4 x 8 = 2 + 32 = 34. One example of a scientific calculator is a graphing calculator. Graphing calculator has its own advantages than regular calculator. The advantage lies in the ability of the calculator to solve math problems quickly and display them in graphical form.

So the learning process is a process of communication between teachers and students with certain conditions that would be more effective with real experience by utilizing the five senses. While the calculator can be viewed as an aid in learning. The calculator according to the Dictionary of Electronics (Wasito; 1996:83-94) is a specialized tool to perform arithmetic with data preparation and instruction that included him. Most of these tools require the intervention arms, which can be used to implement logic and counting digits. Benefits that can be explored from the use of calculators in the book Contemporary Mathematics Learning Strategies (2001: 241-244) are: a) help in understanding math concepts, b) help to strengthen computational skills, c) develop a high level thinking skills, d) increase problem-solving skills, and e) make problem solving more realistic. Merriweather and Thrap (1999) stated that the use of graphing calculators in class can cause students to become affected and involved in math, and can solve mathematical problems in which the problem can not be resolved at that time. Hambre and Desert in his research entitled Effect of held-held Calculators in precollege mathematics education (1986) concluded that: a) the calculator must be used in any learning of mathematics, b) the computer is very useful in improving problem-solving skills, especially for students with low and high ability.

Memanfaatkan Microsoft Word 2007 Sebagai Media Pembelajaran Geometri di SMP


By: Dr. Marsigit, M.A.
Reviewed by: Dyah Sartika Putri

With Microsoft Office 2007 we can develop geometrical learning at school. Microsoft Office 2007 come SmartArt Graphic so that users can create different kinds of graphs. With SmartArt graphics tools, we can create different kinds of wake geometry of dimension 2 or 3 dimensions. With SmartArt graphics devices we also can do animation in the wake as well as add text for explanation any kinds of images. By utilizing the various facilities within the Microsoft Office 2007, we can develop a medium of geometrical learning in junior high school. Media learning geometry at school is an implication of the elaboration of the Standard of Competence (SK) and Basic Competence (KD) as follows. In particular, the Standard of Competence for junior high school students related to the geometric capability can be mentioned as follows:
1.      Understanding the relationship line to line, line with an angle, corner angle, and determine its size
2.      Understand the concept of a rectangle and a triangle and determine its size
3.      Using the Pythagorean Theorem in problem solving
4.      Determining element, the circle and its size
5.      Understanding the properties of the cube, beam, prism, pyramid, and their parts, and determine measure
6.      Understanding basic shapes up flat and its use in problem solving
7.      Understanding the properties of tubes, cones and spheres, and determine its size
Use of Microsoft Word 2007 software can be done easily because the software is available in all computer new generation. An ability to making wake-up the foundations of geometry Microsoft Word 2007 using the facilities can be developed to make the wake-up more complex geometries, such as wake-up 3-dimensional geometry. skills can be increased to study aspects of geometry with a higher standard of competence, for example to determine the value of pi. In general, Microsoft Word 2007 can be utilized as a medium of learning in junior high school geometry is as follows:
a.       The use of Microsoft Word 2007 is relatively easy to do by the teacher because the software is contained in almost every new computer generation.
b.      The use of Microsoft Word 2007 will add to the motivation and pleasure in studying geometry.
c.        Students can use Microsoft Word 2007 to study the geometry either independently or through collaboration.
d.       By using Microsoft Word 2007, students can conduct an investigation or investigations of concepts of geometry.
e.       By using Microsoft Word 2007, students can perform activities of problem solving or solving mathematical problems.
f.       By using Microsoft Word 2007, students can communicate hasilhasilnya both to teachers and to other friends.

MATH PROGRAMS FOR INTERNATIONAL COOPERATION IN INDONESIA


By: Dr. Marsigit, M.A.
Reviewed by: Dyah Sartika Putri

Praktek pengajaran di Indonesia adalah umumnya guru menjelaskan dan bertanya dalam konteks yang luas, kepada seluruh kelas, diikuti oleh mahasiswa dengan mencatat pada kertas dan pensil di bangku mereka. Fungsi guru sebagai tokoh sentral dalam menentukan kegiatan dan melakukan instruksi, dan siswa jarang aktif terlibat dalam pembelajaran secara langsung dari satu sama lain atau memulai proses interaksi dengan orang lain. Tantangan bagi pendidik dalam dekade berikutnya adalah untuk meningkatkan belajar siswa keterampilan yang lebih tinggi dalam belajar matematika, guru harus mengatur instruksi untuk melibatkan anak-anak sehingga mereka secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri dengan pemahaman (Peterson di Grouws, et al, 1988.).
Berdasarkan pengamatan praktek pengajaran dan kunjungan sekolah di Jepang (Marsigit, 2000), penulis memiliki beberapa kesimpulan bahwa sistem pendidikan saat ini di Jepang adalah berjuang untuk melakukan pembelajaran seumur hidup di mana ia mendorong keterampilan dasar dan kemampuan. Pemerintah Jepang berusaha untuk membangun sistem pendidikan seumur hidup dalam kerjasama dengan sekolah-sekolah, industri, LSM, dan lembaga lainnya. Sembilan tahun pendidikan wajib terdiri dari 6 tahun SD dan 3 tahun SMP.
Dewan pendidikan melaksanakan fungsi pendidikan dari pemerintah daerah. Guru didorong untuk menjadi lebih fleksibel dan mengakui bahwa anak-anak harus aktif. Guru mendorong melibatkan
siswa mereka dalam diskusi kelas.
Untuk meningkatkan kualitas matematika dan ilmu pendidikan, dalam kesempatan tertentu, pakar pendidikan Jepang yang disarankan sebagai berikut:
(a) melaksanakan mengajar kelas terbuka,
(b) mendorong para guru untuk membuat materi (buku teks),
(c) mengevaluasi proses belajar mengajar oleh siswa mereka,
(d) menganalisis kesalahan siswa, dll.
Kerjasama antara lembaga pendidikan seperti mencari model-model alternatif dalam referensi pengalaman pendidikan Jepang bisa memberikan beberapa manfaat kesempatan untuk: (a) mendiskusikan dan meningkatkan pelaksanaan kurikulum yang mencakup pengembangan buku teks, bahan ajar, metodologi pengajaran, dan penilaian, (b) memperkaya pengalaman pendidik matematika dan ilmu pengetahuan, dll.

Jumat, 23 September 2011

DEVELOPING MATHEMATICS EDUCATION IN INDONESIA


DEVELOPING MATHEMATICS EDUCATION IN INDONESIA
By: Dr. Marsigit, M.A.
Reviewed by: Dyah Sartika Putri

Saat ini studi tentang matematika dan ilmu pendidikan di Indonesia memiliki indikasi bahwa prestasi anak dalam mata pelajaran matematika dan Ilmu Pengetahuan masih rendah, seperti ditunjukkan oleh hasil Ujian Akhir Nasional dari tahun ke tahun baik di Sekolah Dasar dan Menengah. Penguasaan anak-anak di Matematika dan konsep Ilmu Pengetahuan dan keterampilan proses Sains masih rendah.
Dalam hal Matematika dan guru Ilmu Pengetahuan di Sekolah, ditemukan bahwa: (a) kualifikasi mereka perlu ditingkatkan, (b) banyak dari mereka tidak ahli dalam Matematika dan Sains, (b) tidak ada sistem evaluasi (akademis) untuk guru sehingga sekali untuk menjadi guru, mereka akan menjadi guru sampai usia pensiun. Di sekolah-sekolah, sistem pemantauan, dianggap bahwa: (a) pengawas hanya berprinsip memantau guru administratif saja. Mereka tidak atau jarang memantau proses pengajaran di kelas, (b) sistem promosi untuk para guru tidak mendukung peningkatan kompetensi guru. Di bidang kurikulum, ditemukan bahwa: (a) masih banyak guru mengalami kesulitan dalam menganalisis isi pedoman untuk program pengajaran (GBPP), (b) Matematika dan Ilmu topik yang dianggap sulit bagi guru untuk mengajar; (c) sejumlah anak mempertimbangkan matematika dan Sains sulit dipahami, (d) guru menganggap bahwa urutan beberapa topik perlu diatur kembali, (e) ilmu guru menganggap bahwa aspek-aspek matematika dalam ilmu harus disederhanakan; dll.
Meningkatkan Matematika dan Ilmu Pendidikan: Kerjasama Internasional Proyek Kerjasama Teknis JICA Pengembangan Ilmu Pengajaran dan Pendidikan Matematika di Indonesia (IMSTEP) telah bekerja sejak 1 Oktober 1998. Untuk pertama-empat tahun di sana telah banyak kegiatan yang dilakukan di tiga universitas (Universitas Pendidikan Indonesia UPI-Universitas Negeri Yogyakarta-UNY dan Universitas Negeri Malang-UM). Kegiatan-kegiatan tersebut banyak dilakukan untuk memperkuat program guru in-service training. Diharapkan bahwa beberapa kegiatan JICA IMSTEP dilakukan untuk meningkatkan praktek di sekolah.
Model baru yang diperkenalkan kepada guru-guru meningkatkan variasi alternatif bagaimana melakukan kelas proses belajar mengajar. Sekarang mereka memiliki lebih banyak pilihan untuk mengajar unit tertentu dari penelitian. Guru yang terlibat dalam kegiatan ini uji coba dikembangkan kompetensi mereka dalam mengajar matematika dan ilmu pengetahuan. Kompetensi dikembangkan untuk guru-guru di setiap daerah adalah sebagai berikut: pendekatan realistik (RME), penilaian autentik, dan pendekatan konstruktivis dalam mengajar mengajar matematika.
Kerjasama antara lembaga pendidikan seperti mencari model-model alternatif dalam referensi pengalaman pendidikan dari beberapa negara lain mungkin mendapatkan beberapa manfaat kesempatan untuk: (a) mendiskusikan dan meningkatkan pelaksanaan kurikulum yang mencakup pengembangan buku teks, bahan ajar, metodologi mengajar, dan penilaian, (b) memperkaya pengalaman pendidik matematika dan ilmu pengetahuan, (c) meningkatkan kualitas pengajaran belajar dan mengembangkan laboratorium, dll.

Jumat, 16 September 2011

The Effort to Increase the Student’s Motivation in Mathematics Learning with Some Teaching Aids in Junior High School 5 Wates, Kulon Progo, Yogyakarta, Indonesia


By: Dr. Marsigit, M.A.
Reviewed by: Dyah Sartika Putri

Salah satu upaya guru dalam meningkatkan motivasi siswa dalam
pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama adalah dengan membuat proses belajar mengajar menjadi menyenangkan, menarik, terhubung dengan kebutuhan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah yang ditemukan di kelas dari 2 kelas SMP 5 Wates Sekolah, Kulon Progo Yogyakarta, Indonesia. Pendekatan penelitian ini adalah untuk memilih dan menggunakan alat bantu mengajar, yang digunakan sebagai model pembelajaran dalam pengajaran pembelajaran matematika melalui penelitian tindakan kelas. Para guru mengambil tindakan dalam penelitian sendiri sekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memilih dan menggunakan alat bantu pengajaran beberapa digunakan sebagai model pembelajaran matematika untuk meningkatkan motivasi siswa.
Keberhasilan proses belajar mengajar di Matematika tidak jauh dari peran guru sebagai informator, komunikator, dan fasilitator. Metode mengajar digunakan oleh guru harus bisa melakukan intervensi interaksi antara guru, siswa, dan prestasi belajar. Sampai sekarang, kita masih mendengar banyak siswa yang mengeluh bahwa matematika dipandang sebagai subjek menakutkan, tidak menarik, dan sulit untuk dicari penyelesainnya, juga tidak terkait dengan kebutuhan sehari-hari. Hal ini dibuktikan oleh nilai Ujian Nasional yang masih lebih rendah dari yang diharapkan, meskipun ada juga siswa yang menunjukkan prestasinya yang bagus dalam mata pelajaran matematika. Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar banyak juga dipengaruhi oleh dua faktor internal dan eksternal. Pada faktor eksternal pada siswa, guru
harus memiliki
sikap untuk memotivasi siswa terkait dengan skema bimbingan Ki Hajar Dewantoro kata "Ing Madyo Mangun Karso" yang berarti guru yang harus mendorong
motivasi siswa (Mugiharso, 1993). Atau itu berarti guru yang harus kreatif
dalam meningkatkan motivasi siswa. Siswa SMP berada di usia antara 12 - 15 tahun. Berdasarkan perkembangan kognitif dari Peaget, usia ini milik operasi formal. Akuisisi pada tingkat ini muncul dari ide-ide untuk membandingkan, mendiskusikan dan membuat kesimpulan. Ada perubahan ke fungsi intelektual dari pemikiran konkret untuk abstrak (Suardiman, 1986:36). Alat bantu mengajar dapat membantu proses abstraksi dari siswa. Hal ini sangat efektif untuk menggunakan permainan-kartu dalam mengajar matematika (Bell, 1986). Ada diskusi baik antar individu dan antar kelompok, yang berkaitan dengan kata-kata Ki Hajar Dewantara "Tut Wuri Handayani" yang berarti guru harus tetap berdiri di belakang dan membiarkan siswa untuk mengetahui cara mereka sendiri, tapi masih memberikan koreksi jika perlu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian tindakan dengan menggunakan alat bantu mengajar beberapa seperti papan dipaku, karet tangan, kartu bermain, lembar kerja siswa, kertas transparansi, tiga bilah kayu yang bisa digunakan sebagai model dalam mengajar matematika dapat meningkatkan motivasi siswa dalam proses belajar mengajar. Sehubungan dengan
hasil penelitian, peneliti menyarankan para guru matematika di SMP
sekolah tinggi dalam proses belajar-mengajar mereka harus menggunakan metode variasi untuk memotivasi siswa dan untuk menghindari membosankan siswa dan selalu menggunakan bantuan demonstrasi yang optimal untuk menjelaskan konsep, ide, definisi atau prosedur tertentu.