Jumat, 11 Januari 2013

MENGGALI POTENSI BERFILSAFAT


Dalam kondisi apakah kami disebut layak untuk memulai berfilsafat. Filsafat merupakan olah pikir yang refleksif. Hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu tataran atas dan tataran bawah. Tataran atas merupakan pikiran/ olah pikir/ logika kita. Sedangkan tataran bawah yaitu pengalaman kami. Pengalaman hidup orang yang berusia 21 tahun dengan orang yang berusia 50 tahun tidaklah jauh berbeda. Ketika 100 tahun yang akan datang, kita semua sama-sama akan menjadi fosil. Maka dari itu hendaknya kita selalu sadar bahwa kita mempunyai pengalaman
Filsafat adalah olah pikir yang reflektif. Refleksi itu artinya kenali, mengerti, ungkapkan kembali dengan kalimat sendiri. Filsafat itu pada intinya mempelajari tata cara, seperti halnya dengan beribadah, tata cara beribadah itu adalah ibadah itu sendiri. Maka sebetulnya beribadah itu cara mempelajari tata cara beribadah.
Potensi adalah keinginan, yang tentunya masih dalam perjuangan, kita harus berani menghadapi kenyataan karena bukan filsafat namanya kalau kita tidak berani menghadapi kenyataan. “Mengapa kita harus berfilsafat?” Pertanyaan ini setara dengan pertanyaan “Mengapa kita harus berpikir?”. Selama kita menunjuk pikiran maka selama itulah kita mendapat petunjuk berfilsafat, karena filsafat itu adalah olah pikir. Berfilsafat itu bisa sendiri, tidak seperti berdagang yang harus ada pembeli, mengajar yang harus ada muridnya, dll. Oleh karena berfilsafat itu bisa sendiri maka anda harus bisa membangun sendiri filsafat. Berfilsafat cukup berbekal dengan dua macam, yang pertama berpikir atau logika/berpikir kritis/rasional. Bekal yang kedua yaitu pengalaman/pengalaman hidup. Berfilsafat harus bisa berpikir dari hal yang sepele, namun kita harus hati-hati karena di atas filsafat adalah spiritual.
Objek filsafat adalah segala yang ada dan yang mungkin ada, dimana kita bisa mencari yang mungkin ada. Misalnya adalah kita tidak mengetahui nama cucu Bapak Marsigit, apakah kita ingin tahu namanya? Jika kita belum tahu namanya maka nama itu masih mungkin ada di dalam pikiran kita. Namun setelah kita tahu namanya, maka nama cucu beliau menjadi ada dalam pikiran kita. Segala yang belum kita ketahui itu sifatnya masih mungkin, sedangkan yang kita ketahui itu sifatnya sudah ada.
Metode berfilsafat dalam hal tertentu juga sebagai metode berspiritual, juga menyangkut metode keilmuan, juga menyangkut metode hidup sehari-hari atau secara keseluruhan dirangkum menjadi satu kesimpulan metode mempelajari filsafat yaitu dengan cara metode hidup, karena filsafat itu sendiri adalah hidup. Filsafat antara orang satu dengan yang lain itu berbeda. Metode hidup adalah yang seperti kita kerjakan selama ini, sejak lahir hingga usia kini kita hidup seperti apa saja. Ada membaca, ,mendengar, menulis, berkata, menerapkan, bertanya, berdoa, dll. Perlu diketahui belajar berfilsafat juga diiringi dengan berdoa, dan untuk berfilsafat kita harus mempunyai banyak pertanyaan. Saking pentingnya pertanyaan dalam berfilsafat sampai bisa dikatakan sebenar-benarnya berfilsafat itu adalah mengutarakan atau mengajukan pertanyaan. Dalam perkuliahan ini diharapkan mahasiswa dapat berfilsafat dengan baik, yaitu ada bertanya, mendengar, dll.
Secara pikiran manusia, hidup itu jika dinaikkan menjadi spiritual yaitu yang paling tinggi. Artinya kita sebagai orang timur/orang Indonesia yang berpancasila, orang beragama, itu mengandung pengertian bahwa spiritual itu kedudukannya paling tinggi, tetapi juga paling mendasar. Setiap hal dalam hidup kita harus dalam perangkat yang berkualitas, jika tidak akan berbahaya. Berfilsafat merupakan hak setiap orang. Metode hidup secara spiritual sudah ada garis-garisnya secara absolute. Tuntunan melalui kitab suci, sunah-sunah Rosul, hadist, dan seterusnya kemudian diturunkan menjadi norma-norma. Tetapi selama kita masih memikirkannya, pikiran manusia itu adalah urusan dunia, kalaupun dia masih bisa memikirkan akhirat.
Analog dari hati adalah spiritual. Setingi-tinggi ilmumu, secanggih-canggihnya teknologimu jangan sampai kita belajar filsafat yang dimana itu menggoyahkan imanmu. Musuh dari filsafat adalah salah paham, maka dalam pembelajaran filsafat harus dengan banyak bercerita supaya kita paham. Sebagai saran, jika kita ingin berfisafat satu maka berspiritualah sepuluh, jika ingin berfilsafat dua maka berdoalah dua puluh, dst. Hal ini supaya sejauh-jauhnya kita menggembara filsafat harus tetap bisa kembali. Sekali kita tidak bisa kembali maka selamanya juga kita tidak bisa kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar