Rabu, 26 September 2012

MARI BERFILSAFAT DENGAN METODE HIDUP


Filsafat adalah olah pikir yang reflektif, maka pada perkuliahan filsafat ini juga reflektif. Refleksi itu artinya kenali, mengerti, ungkapkan kembali dengan kalimat sendiri. Filsafat itu pada intinya mempelajari tata cara, seperti halnya dengan beribadah, tata cara beribadah itu adalah ibadah itu sendiri. Maka sebetulnya beribadah itu cara mempelajari tata cara beribadah.
Manusia yang beradab adalah manusia yang mengenal tata cara, manusia dikatakan tidak beradab jika tidak mengenal tata cara. Kendala yang menjadi penyampaian materi adalah keadaan, keadaan merupakan sifat dari hidup, hidup manusia tidak bisa lepas dari keadaan, saking pentingnya keadaan sehingga dalam filsafat bisa didefinisikan bahwa hidup itu sebenarnya adalah keadaan. Keadaan itu sendiri kaitannya dengan potensi dan fakta. Misalnya dalam pelaksanaan KKN-PPL, fakta yang dialami adalah mahasiswa telah melakukan praktik mengajar, mahasiswa menyusun laporan KKN-PPL, dll. Pada filsafat, adab yang pertama yaitu bahwa filsafat itu olah pikir.
Potensi adalah keinginan, yang tentunya masih dalam perjuangan, kita harus berani menghadapi kenyataan karena bukan filsafat namanya kalau kita tidak berani menghadapi kenyataan. “Mengapa kita harus berfilsafat?” Pertanyaan ini setara dengan pertanyaan “Mengapa kita harus berpikir?”. Selama kita menunjuk pikiran maka selama itulah kita mendapat petunjuk berfilsafat, karena filsafat itu adalah olah pikir. Berfilsafat itu bisa sendiri, tidak seperti berdagang yang harus ada pembeli, mengajar yang harus ada muridnya, dll. Oleh karena berfilsafat itu bisa sendiri maka anda harus bisa membangun sendiri filsafat. Berfilsafat cukup berbekal dengan dua macam, yang pertama berpikir atau logika/berpikir kritis/rasional. Bekal yang kedua yaitu pengalaman/pengalaman hidup. Berfilsafat harus bisa berpikir dari hal yang sepele, namun kita harus hati-hati karena di atas filsafat adalah spiritual.
Metode berfilsafat dalam hal tertentu juga sebagai metode berspiritual, juga menyangkut metode keilmuan, juga menyangkut metode hidup sehari-hari atau secara keseluruhan dirangkum menjadi satu kesimpulan metode mempelajari filsafat yaitu dengan cara metode hidup, karena filsafat itu sendiri adalah hidup. Filsafat antara orang satu dengan yang lain itu berbeda. Metode hidup adalah yang seperti kita kerjakan selama ini, sejak lahir hingga usia kini kita hidup seperti apa saja. Ada membaca, ,mendengar, menulis, berkata, menerapkan, bertanya, berdoa, dll. Perlu diketahui belajar berfilsafat juga diiringi dengan berdoa, dan untuk berfilsafat kita harus mempunyai banyak pertanyaan. Saking pentingnya pertanyaan dalam berfilsafat sampai bisa dikatakan sebenar-benarnya berfilsafat itu adalah mengutarakan atau mengajukan pertanyaan. Dalam perkuliahan ini diharapkan mahasiswa dapat berfilsafat dengan baik, yaitu ada bertanya, mendengar, dll.
Secara pikiran manusia, hidup itu jika dinaikkan menjadi spiritual yaitu yang paling tinggi. Artinya kita sebagai orang timur/orang Indonesia yang berpancasila, orang beragama, itu mengandung pengertian bahwa spiritual itu kedudukannya paling tinggi, tetapi juga paling mendasar. Setiap hal dalam hidup kita harus dalam perangkat yang berkualitas, jika tidak akan berbahaya. Berfilsafat merupakan hak setiap orang. Metode hidup secara spiritual sudah ada garis-garisnya secara absolute. Tuntunan melalui kitab suci, sunah-sunah Rosul, hadist, dan seterusnya kemudian diturunkan menjadi norma-norma. Tetapi selama kita masih memikirkannya, pikiran manusia itu adalah urusan dunia, kalaupun dia masih bisa memikirkan akhirat.
Objek filsafat adalah segala yang ada dan yang mungkin ada, dimana kita bisa mencari yang mungkin ada. Misalnya adalah kita tidak mengetahui nama cucu Bapak Marsigit, apakah kita ingin tahu namanya? Jika kita belum tahu namanya maka nama itu masih mungkin ada di dalam pikiran kita. Namun setelah kita tahu namanya, maka nama cucu beliau menjadi ada dalam pikiran kita. Segala yang belum kita ketahui itu sifatnya masih mungkin, sedangkan yang kita ketahui itu sifatnya sudah ada.
Alat yang dipakai untuk belajar filsafat adalah bahasa, namun tidak sembarang bahasa yang dipakai adalah bahasa analog. Analog itu tidak sekedar kiasan, kiasan itu jika diturunkan lagi bentuk operasionalnya menjadi sindiran, jika sindiran, itu sudah bermuatan negatif.
Analog dari hati adalah spiritual. Setingi-tinggi ilmumu, secanggih-canggihnya teknologimu jangan sampai kita belajar filsafat yang dimana itu menggoyahkan imanmu. Musuh dari filsafat adalah salah paham, maka dalam pembelajaran filsafat harus dengan banyak bercerita supaya kita paham. Sebagai saran, jika kita ingin berfisafat satu maka berspiritualah sepuluh, jika ingin berfilsafat dua maka berdoalah dua puluh, dst. Hal ini supaya sejauh-jauhnya kita menggembara filsafat harus tetap bisa kembali. Sekali kita tidak bisa kembali maka selamanya juga kita tidak bisa kembali.
Dalam pengalaman Bapak Marsigit, ada orang bertanya kepada beliau “Apa hubungannya Matematika dengan Doa?”. Yang sangat mengejutkan adalah orang itu menjawab tidak percaya dengan Tuhan ketika Bapak Marsigit bertanya akan hal itu. Pak Marsigit apa alasan dia tidak percaya, dia menjawab “because I don’t understand” atau karena saya tidak mengerti. Kemudian Pak Marsigit menjelaskan bahwa seharusnya untuk mencari dan mengerti Tuhan itu tidak hanya mengandalkan pikiram, tapi harus mengandalkan hati. Karena Tuhan itu ada di hati kita. Itu semua merupakan suatu adab.
Tuhan telah menciptakan ciptaan-ciptaan sebesar-sebesarnya untuk kepentingan manusia maka jika kita akan belajar metode hidup yang paling menonjol adalah belajarlah seperti wataknya bumi. Hidup bahagia dunia dan akhirat kalau dia seimbang, seperti seimbangnya bumi. Bumi itu seimbang karena dia berputar pada porosnya dan bergerak mengelilingi matahari, maka agar kita hidup seimbang kita harus mempunyai ikhtiar di dalam hidu kita sendiri, ketika kita berdoa dalam hati itu namanya berotasi, maka kita dapat hidup seimbang, maka kita juga harus berikhtiar mengarungi hidup kita, kemudian hidup dikatakan bahagia jika kita seimbang.
Filsafat paling tinggi di Timur adalah filsafat keseimbangan. Baik buruknya seseorang kalau orang itu dalam keadaan seimbang atau tidak, maka oramg jawa ada yang mencari menantu misalnya dengan bibit, bebet, bobot. Jangan salah paham, bukan wajah cantik yang dilihat, tetapi apakah anak ii mempunyai potensi keseimbangan atau tidak, itu bibit yang baik. Jika orang tidak punya bibit keseimbangan maka dia punya kepribadian yang terbelah-belah dan akan menjadi susah dan itu menjadi sumber ketidakbahagiaan di dunia maupun akhirat. Inerbeauty muncul dari pancaran wajah yang karena pancaran kepribadian.
Pertanyaan: Bagaiamana caranya jika kita ingin berfilsafat terhadap sesuatu tetapi pengalaman hidup kita masih belum mencukupi untuk hal/sesuatu tersebut?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar